Filled Under:

Awas, Penipuan Rambah Dunia Pendidikan

w750_h400px__1432139062


Pagi itu sebanyak 10 orang siswa menghadap kepala sekolah, kebetulan saya dan beberapa guru lain diminta untuk mendampingi beliau. Suasana ruangan sejenak hening ketika kepala sekolah kami (Eksan Wasesa, S.Pd) mulai berbicara. Awalnya kami tidak mengetahui persis perihal kedatangan siswa tersebut, tetapi setelah mendengar penjelasan dari kepala sekolah barulah kami mengerti.
Ternyata para siswa tersebut sengaja dikumpulkan untuk mengetahui tentang perihal penipuan oleh oknum yang mengatas namakan beliau dan pejabat Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel.

***
Awalnya para orang tua ditelpon oleh seorang laki-laki yang mengaku pejabat Dinas Pendidikan Prov. Kalsel bahwa anaknya yang bersekolah di SMAN 3 Banjarbaru mendapatkan beasiswa berprestasi. Setiap siswa berprestasi mendapatkan beasiswa sebesar Rp. 7.500.000,- Orang tua dan siswa diminta membuka rekening bank dan memberikan nomor rekening agar pihak dinas dapat mentrasfer beasiswa tersebut. Untuk lebih menyakinkan, oknum tersebut memberikan nomor HP Kepala SMAN 3 Banjarbaru dan diminta untuk menghubunginya untuk informasi. Selanjutnya dapat ditebak, orang tua yang merasa senang anaknya dapat beasiswa kemudian menelpon oknum yang mengaku Kepala SMAN 3 Banjarbaru  tersebut. Gayung bersambut, oknum tersebut mengiyakan bahwa si anak memang mendapatkan beasiswa.
Dari pengakuan seorang siswa bahwa ia sempat memberikan nomor rekening. Tetapi tidak berapa lama ia ditelpon oknum tersebut, karena si siswa memberikan nomor rekening yang kosong.  Padahal menurut oknum tersebut, saldo minimal adalah satu juta rupiah. Oknum tersebut mengancam jika esok hari tidak diisi saldo minimal (satu juta rupiah) maka beasiswanya akan dibatalkan. Ini tentunya mengundang kecurigaan siswa dan orang tua, kemudian mereka berinisiatif menelpon salah seorang guru untuk bertanya langsung, ternyata tidak benar.
Sementara itu, orang tua yang lain juga curiga dan menelpon Kepala SMAN 3 Banjarbaru. Bapak Eksan Wasesa, S.Pd sempat kaget karena ditanya perihal beasiswa. Setelah mendengar informasi dari orang tua barulah beliau mengerti dan secara tegas menjelaskan bahwa hal itu adalah kebohongan dan penipuan.
Penasaran dengan oknum penipu, Pak Eksan kemudian menelpon oknum yang mengaku beliau. Terjadilah percakapan antara Eksan Wasesa dengan oknum yang mengaku Eksan Wasesa. Aneh tapi nyata.
Hal ini menguatkan beliau bahwa ini penipuan.  Selanjutnya beliau juga menghubungi Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel untuk konfirmasi ternyata tidak ada nama oknum pejabat yang dimaksud. Sehingga jelas, ini tindak kejahatan penipuan.
Sejauh pengetahuan kami ini adalah kejadian pertama di SMAN 3 Banjarbaru. Modus penipuan kali inipun cukup berani dengan mengatas namakan Kepala Sekolah dan Pejabat Dinas Pendidikan Prov. Kalsel. Menurut analisis kami, bahwa penipuan ini dilakukan secara berkelompok dengan melibatkan beberapa orang. Orang pertama berperan sebagai pejabat Disdik. Orang kedua berperan sebagai kepala sekolah. orang ketiga berperan untuk menganalisis dan memonitor rekening, dan mungkin ada orang keempat berperan sebagai pencari data dan informasi calon korban.
Namun demikian, “sepandai-pandainya tupai meloncat, pasti jatuh jua”. Kami bersyukur bahwa penipuan tersebut tidak berhasil. Setidaknya ini menjadi pengalaman bagi kami dan juga menjadi informasi bagi sekolah lain untuk waspada dan berhati-hati.

***
Kasus-kasus penipuan dalam dunia pendidikan ternyata tidak kali ini saja terjadi. Sebelumnya di berbagai daerah dan kabupaten/kota, penipuan terhadap siswa dan guru kerap terdengar.  Untuk siswa, modus mendapatkan beasiswa menjadi hal yang harus diwaspadai. Para siswa dan orang tua patut curiga jika anaknya mendapatkan beasiswa tampa ada pemberitahuan resmi secara langsung dari sekolah.  Jangan percaya dengan oknum yang tidak dikenal meminta nomor rekening untuk keperluan sekolah.
Khusus guru, banyak modus yang digunakan para penipu. Diantaranya yang marak terdengar adalah penipuan mengatas namakan dinas kepegawaian setempat yang menghubungi guru untuk melengkapi persyaratan untuk menjadi PNS. Iming-iming status yang jelas dan penghasilan yang tetap menjadikan modus ini adalah yang banyak digunakan.
Selain itu, adanya sertifikasi guru juga memberikan celah bagi para oknum yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk keuntungan dari adanya pelatihan guru atau PLPG. Biasanya, oknum tersebut mengaku sebagai panitia pelaksanan yang dapat membantu peserta PLPG lulus dengan nilai bagus. Imbalannya tentu saja sejumlah uang. Namun para oknum tersebut meminta dibayar dimuka baru bisa membantu.
Entah mengapa, sekolah terutama guru sering dijadikan sebagai sasaran empuk bagi pelaku kejahatan.  Apakah peningkatan kesejahteraan guru ditambah sertifikasi menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak orang yang kini ingin menjadi guru. Peluang inilah yang diincar para penjahat untuk melakukan aksinya.
Kasus-kasus penipuan diatas hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu waspada, tidak tergiur dengan iming-iming janji yang tidak pasti, janji yang justru merugikan. Karena itu, sangat penting adanya komunikasi di sekolah. komunikasi yang baik dan lancar dilingkungan sekolah tidak saja antara siswa, tetapi antara siswa dengan guru dan guru dengan orang tua serta siswa. Komunikasi yang dinamis ini setidaknya mampu membentengi sekolah dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya penipuan terhadap siswa dan guru. Mari kita doakan agar pelaku kejahatan terhadap guru menjadi sadar dan insyaf,...amin.

0 comments:

Post a Comment